• Every Day With Jesus

    Mei 2024
    S S R K J S M
     12345
    6789101112
    13141516171819
    20212223242526
    2728293031  
  • Tuhan Penyelamatku

    Sebab barangsiapa yang beseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan...
  • Top Clicks

    • Tidak ada
  • BAPA TAHU BAHWA KAMU MEMERLUKANNYA

    Janganlah kamu khawatir … Bapamu yang di surga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu (Matius 6:31,32)

    Kita dengan mudah menjadi panik ketika menghadapi masalah yang serius, misalnya kehilangan pekerjaan, anggota keluarga yang terkena kanker, anak yang suka melawan.

    Kita pun berdoa, dan menyibukkan diri. Kita mulai melakukan segala sesuatu yang kita anggap bisa membawa kita ke arah yang positif.
    Dan, kita cemas. Kita tahu bahwa itu hanya memboroskan waktu. Namun, banyak di antara kita terjebak dalam dilema ini. Kita tahu bahwa kita harus memercayai Allah, tetapi kita bertanya-tanya tentang apa yang kira-kira akan Dia lakukan.

    Inilah saatnya bagi kita untuk berpaling kepada firman-Nya, dan mengingat bahwa Dia berjalan bersama kita dan meminta kita menyerahkan segala kekhawatiran dan beban kita kepada-Nya. Kitab Suci menyatakan, “Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu” (1 Petrus 5:7), dan “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus” (Filipi 4:19).
    Ketika pikiran Anda mencemaskan masa depan, ingatlah bahwa “Bapamu yang di surga tahu” (Matius 6:32) dan akan memberi Anda apa yang Anda butuhkan.

Percaya Saja: Sikap Yang Tuhan Minta

Percaya Saja: Sikap Yang Tuhan MintaYesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu percaya dan tidak bimbang, kamu bukan saja akan dapat berbuat apa yang Kuperbuat dengan pohon ara itu, tetapi juga jikalau kamu berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! hal itu akan terjadi. Matius 21:21

Bacaan Alkitab : Markus 9:19-23
(19) Maka kata Yesus kepada mereka: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” (20) Lalu mereka membawanya kepada-Nya. Waktu roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya, dan anak itu terpelanting ke tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. (21) Lalu Yesus bertanya kepada ayah anak itu: “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya: “Sejak masa kecilnya. (22) Dan seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api ataupun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” (23) Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”

Dalam minggu ini Tuhan terus berbicara kepada saya mengenai pemulihan yang Dia akan lakukan terhadap kehidupan setiap orang, entah itu berbicara mengenai hati yang luka, berbicara tentang sakit penyakit yang sangat parah, berbicara mengenai retaknya hubungan keluarga, ekonomi rumah tangga yang parah, dan lain lainnnya. Seperti yang Dia janjikan dalam FirmanNya dalam Yohanes 10:10b, Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tuhan datang membawa kehidupan, yang tadinya tidak mempunyai harapan akan mempunyai pengharapan. Roma 15:13 Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan. Yang mencari sesuatu untuk kepuasan batiniah yang paling dalam, yang haus akan hal yang paling dalam dihidupnya akan di segarkan. Yohanes 4:13-14 Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.

Bagi mereka yang terluka dan sakit, Tuhan akan beri kesembuhan yang sempurna. Yeremia 33:6 Sesungguhnya, Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah.

Jika Tuhan sudah menyiapkan segala-galanya buat kita, lalu apa yang harus kita lakukan untuk mendapatkan semua itu? Perhatikankisah bacaan ALkitab di atas : Ketika orang orang tidak percaya, Tuhan mengatakan sampai berapa lama lagi pembuktian yang harus angkatan tersebut alami agar dapat percaya? Dalam kesempatan lain Tuhan mengatakan bahwa orang yang tidak dapat percaya adalah orang yang sesat. Matius 17:17a, Maka kata Yesus: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu?
*courtesy of PelitaHidup.com
Tuhan datang kepada kita bukan untuk melihat apakah kesusahan kita berat, apakah sakit penyakit yang anda derita sangat parah, atau apakah luka hati yang Anda derita sangat dalam. Tuhan tidak meminta kita untuk berusaha mencari jalan keluar dengan kekuatan kita, atau meminta pertolongan kepada orang lain, atau juga dalam perkataan kita katakan berserah pada Tuhan, namun sebenarnya kita pasrah pada “nasib”.

Ingat Tuhan datang kepada kita, hanya meminta kepada kita untuk kita : PERCAYA saja. Hanya dengan mempercayai semua kehidupan kita pada Tuhan, maka sesuai dengan FirmanNya, pasti Anda akan mendapat kan kehidupan, dan pemulihan yang berkelimpahan. (Gbu)
*courtesy of PelitaHidup.com
HARI INI MARI KITA MULAI UNTUK BELAJAR
MEMPERCAYAI TUHAN SEPENUHNYA DALAM
PIKIRAN, PERKATAAN DAN PERBUATAN
UNTUK MENGALAMI PEMULIHAN YANG BERKELIMPAHAN
JANGAN PERNAH BERSANDAR PADA PENGERTIAN ANDA

Mazmur 9:11 Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN.

*courtesy of PelitaHidup.com
Mazmur 27:13 Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup!

Mazmur 146:3 Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan.

Kasih-Nya Dahsyat

Detik demi detik Dia menanti,
penderitaan yang segera dialami-Nya.
Ada perasaan cemas, gentar, dan gelisah. Sebab itu benar-benar penderitaan yang dalam sekali.
Oleh karena itu IA menghampiri Bapa-Nya.
Malam itu, di taman Getsemani IA berdoa:
Bapa, jikalau bisa cawan ini berlalu.
Bapa, kalau bisa cawan ini berlalu dari-Ku
Bapa, kalau bisa…
Tiga kali IA memohon.
Namun, permohonan-Nya tidak dikabulkan.
Maka IA katakan, Jadilah Kehendak-Mu Bapa.
Malam itu juga ia diseret…, melalui perantara seorang murid-Nya dengan sebuah ciuman maut.
Orang-orang ramai bersorak gembira, mereka berkata:
Salibkan Dia
Salibkan Dia
Salibkan Dia
Bebaskan Barabas, padahal Barabas seorang penjahat ulung.
Setelah itu, IA pun diarak orang banyak menuju sebuat bukit
Bukit itu disebut Bukit Tengkorak atau Golgota.
Selain itu,
IA ditinju
IA diludahi
IA ditempeleng
IA ditendang
IA dicambuk
Cambuknya itu terbuat dari kulit yang ujungnya ditaburi tulang-tulang dan butiran timah. Kalau cambuk itu dilayangkan maka kulit-Nya akan terkelupas, dan hancur seperti bubur. Itulah yang Dia alami.
IA dipaksa mengangkat salib-Nya sendiri.
IA diarak menuju ke atas bukit itu,
IA diejek
IA dihina
IA dipermalukan
IA ditelanjangi
IA mengalami penderitaan yang mendalam
IA diberi mahkota berduri, sakit, kepala-Nya bercucuran darah.
Dan…., tidak hanya itu
Tangan-Nya dipaku
Kaki-Nya dipaku
Pelan-pelan salib-Nya ditegakkan, darah mengalir, dan mengalir terus.
sungguh pedih, perih, dan sengsara.
Di atas kayu salib ia bukan marah, mengeluh atau bersungut-sungut.
Walau sakit
Walau perih
Walau pedih
Walau sengsara
Walau menderita
Walau harus mati
IA berkata, Ya Bapa Ampunilah mereka… Ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.
Sungguh Dia luar biasa…
Kasih-Nya dahsyat dan ajaib
Kasih dari manusia bersifat sementara namun Kasih-Nya kekal selamanya.
Unconditional love
Kasih-Nya hanya untuk engkau dan saya.
Kasih yang sejati
Kasih yang menyelamatkan
Sudahkah engkau mengalami Kasih-Nya itu?
Kasih dari Dia
Ya Dia
Dia yang disebut namanya Yesus Kristus,
Yesus Juru Selamat Manusia.

9 Tips Memberi Nama Anak

Memberikan nama untuk anak itu susah-susah gampang. Salah-salah nama bisa jadi beban buat si Anak. Maka hati-hatilah dalam memberikan nama untuk anak tersayang. Karena nama akan disandang seumur hidupnya.

 

  • Nama itu mengandung doa.
    Nama anak itu cermin harapan orang tua. Nama itu mengandung Doa.Tetapi doanya yang singkat-singkat saja. Kalau terlalu panjang nanti dikira lagi bernazar atau berkomitmen sama Tuhan. Kalau dipanggil bukannya nengok, malah bilang “Amiinn..”
  • Nama jangan nyusahin orang Kelurahan
    Nama anak mudah dibaca dan mudah ditulis. Meskipun tampaknya bagus,jangan pakai huruf mati yang digandeng-gandeng atau didobel- dobel (mis. Lloyd,Nikky, Thasya dll). Biasanya sama petugas Kelurahan akan terjadi salah tulis dalam pembuatan Akta Kelahiran, Kartu Keluarga, KTP dll.Nah… nggak enaknya lagi kalo kita minta revisi biasanya kena biaya lagi… dan prosesnya lama lagi.
  • Nama jangan cuma satu kata
    Minimal ada First Name, Nick Name dan Family name gitu loh…. Ini penting terutama kalo pas lagi ngurus Paspor atau Visa. Nggak jadi berangkat ke Amrik hanya gara-gara namanya cuma=20 Prakoso atau Pamuji atau Paryono khan esiaan…
  • Nama jangan terlalu panjang
    Nama yang panjang bererot bisa bikin susah si pemilik nama. Disamping susah ngingetnya, juga ngerepotin waktu ngisi formulir pendaftaran masuk Perguruan Tinggi Negeri (dulu UMPTN). Itu lho..yang ngitemin buletan-buletan pakai pensil 2B. Capeek khaan… Nama panjang seperti Siti Hartati Riwayati Mulianingsih Adiningrum Mekar Berseri Sepanjang Hari…. adalah sangat-sangat not-recommended.
  • Nama anak bersifat internasional
    Anak kita hidup dimasa depan, di era globalisasi dimana hubungan dengan dunia internasional amat sangat intens. Jadi jangan mempersulit anak dengan nama-nama yang sulit di-eja. Nama Saklitinov misalnya orang Jepang nyebutnya Sakuritino, orang Sunda bilang aktinop orang Amrik bilang Sechlaytinove… Syusah khaaannn Padahal maksudnya Sabtu Kliwon Tiga November…
  • Ketahuilah arti nama anak
    Ketahuilah arti nama anak. Jangan memberikan nama hanya karena enak diucapkan atau bagus ditulisnya. Nama Jalmowono memang sepintas enak diucapkan dan bagus kalo ditulis tetapi ketahuilah bahwa Jalmowono itu artinya Orang Utan.
  • Jangan pakai nama artis.
    Nama artis memang bagus-bagus, cuma masalahnya kalau artis itu kelakuannya baik… lha kalau jadi bahan gosip melulu khan jadi beban juga buat si anak. Lagian pakai nama artis itu tandanya anda gak kreatif dalam bikin nama.
  • Abjad huruf pertama nama anak.
    Huruf pertama “A” pada nama anak ada enak gak enaknya. Gak enaknya kalau pas ada ujian/test/wawancara sering dipanggil duluan. Gak sempet nanya-nanya ama temannya. Tapi kadang-kadang juga pas giliran dapat pembagian apa gitu, dapetnya juga sering duluan. Sebaiknya ambil huruf pertama itu antara D sampai K. Cukupan lah… Huruf depan Z… wah.. biasanya adanya dibawah…
  • Jangan sok Kebarat-baratan
    Jangan memberi nama anak dengan bergaya kebarat-baratan, biar dibilang keren. Kudu diinget, anda lahir dibumi Indonesia, orang Indonesia, kultur ya tetap orang Indonesia. Kalau nama keindo-indoan, tapi mukanya ya melayu-melayu juga, malu sendiri kan, anaknya ya ortunya.. Lagian kalo kejepit toh bilangnya “adawww….” bukan “Oh my God..”

Apa yang Kau Beri untuk Anakmu?

Satu sore, anak saya yang pertama datang menghampiri dan kemudian berkata bahwa ia kehilangan kaos tim basketnya. Ia berkata bahwa kaos tersebut sudah dimasukkan kedalam tas, namun ketika diperiksa di rumah hanya ada celananya saja, kaos atasnya entah dimana. Ia menceritakan hal tersebut dengan gaya yang sedih dan bingung. Sebagai orang tua maka saya dapat mengerti apa yang diinginkannya, ia ingin supaya tidak dimarahi dan ingin ditolong, sebab beberapa hari kemudian ia harus ikut kompetisi bola basket antar sekolah, maka sangatlah tidak mungkin jika anak kami tidak memiliki kaos tersebut. Dengan kondisi seperti itu maka saya sebagai orang tua harus bijaksana dan menolongnya dengan serius.

Bagaimana saya menolongnya? Pertama adalah dengan tidak memarahinya. Saya tidak perlu memarahinya sebab dia sudah dihukum oleh perasaan bersalah dan rasa bingung kalau tidak dapat ikut tim bertanding. Kedua saya menyuruh dia untuk coba mencari di sekolah barangkali ada yang menemukan dan jika tidak ditemukan juga harus berunding dengan gurunya bagaimana memperoleh pengganti kaosnya yang hilang. Ketiga adalah dengan turun tangan sendiri mencarikan kaos pengganti untuk anak saya.Pertolongan yang saya lakukan ini bukan tanpa tujuan. Lalu apa tujuannya? Saya akan menjelaskan dibagian lain dari tulisan ini.

Setelah lewat beberapa hari, cara kedua yaitu mencari di sekolah dan meminta pertolongan guru tidak berhasil, maka tinggal cara ketiga yang menjadi harapan. Saya (ayahnya) berpikir tidak terlalu sulit untuk bikin satu buah kaos asal ada dananya. Ternyata dugaan saya meleset, tidak ada yang mau bikin hanya satu kaos saja, mereka bersedia membuat minimal 12 potong kaos dan waktunya tidak bisa cepat sedangkan waktu yang tersedia tinggal 3 hari. Dengan demikian pertolongan yang kami lakukan bukan lagi urusan yang gampang. Ada pengorbanan maksimal yang harus dilakukan, memang ini menjadi lebih pas dengan tujuan untuk mengatasi persoalan ini.

Mulailah kami dengan mencari bahan baku untuk kaosnya. Bahannya tidak sederhana karena ada kombinasi beberapa bahan, setelah bahan ada, kami mencari tukang jahitnya. Mencari penjahit bukan pekerjaaan gampang karena semuanya menolak order kami. Ketika perasaan khawatir tidak ada yang bersedia menjahit mulai timbul, harapan kembali muncul kepada 1 orang langganan kami. Orang ini memang menjadi target kami tetapi karena rumahnya jauh jadi diletakan pada pilihan terakhir, dan ketika ditelpon dia menyatakan bersedia, memang orang tersebut akhirnya yang menjahitnya. Dengan adanya orang yang bersedia menolong tidak lantas membuat hati tenang sebab kami saat ini sudah mengambil alih persoalan sang anak, jadi kalau kaos itu tidak selesai maka dia akan kecewa dan mungkin menuduh orang tuanya tidak serius menolong. Soal lainnya adalah apakah bisa dibuat kaos yang mirip dengan yang hilang karena yang menjahitnya bukan spesialis pembuat pakaian olahraga? Namun kami berusaha tetap optimis dan berpikir positif bahwa apapun yang terjadi semua harus bisa menerima, karena memang ada resiko dari setiap tindakan.

Kaos tersebut akhirnya selesai dan sungguh akhir yang sangat melegakan, karena hasilnya sungguh tidak ada bedanya dengan yang asli. Melangkahlah anak kami dengan pasti untuk pertandingan pada esok harinya.

Esok sorenya ketika saya tiba dirumah, anak kami langsung menceritakan teman-teman dan gurunya yang kagum bagaimana dia bisa mendapatkan kaos pengganti dan perasaaan gembiranya untuk kemenangan timnya atas lawannya. Saya berpikir inilah saatnya untuk mengungkapkan apa yang harusnya direnungkan dan diendapkan dalam hati anak kami atas apa yang terjadi dari hilangnya kaos hingga didapatkannya kaos pengganti. Ketika makan malam saya bilang pada dia bahwa orang tuanya mau bersusah payah menolong membuatkan kaos, itu adalah wujud cinta kasih dan perhatian terhadap kesulitan anaknya, namun ada yang lebih dari itu yaitu Tuhan yang sudah menyediakan segalanya untuk kita nikmati, maka hidup kita harusnya adalah hidup yang senantiasa mengingat dan bersyukur kepadaNya. Inilah yang menjadi tujuan saya menolongnya, yaitu keinginan supaya dia sejak kecil menyadari hidupnya berkaitan dengan Tuhan. Kalau orang tuanya yang tidak sempurna bisa menolong ketika dia menghadapi masalah, maka Tuhan yang Maha sempurna pasti juga tahu apa yang terbaik untuk anak-anaknya di dunia.

Banyak sekali orangtua yang kuatir untuk urusan dunia bagi anak-anaknya. Mereka dicarikan sekolah yang bagus, dikursuskan berbagai bahasa asing, ditambah kursus pelajarannya, diajarkan cara-cara yang paling kreatif didalam menghasilkan kakayaan. Orang tua memang pantas untuk kuatir, sebab hal-hal dunia ini memang menjadi tolok ukur keberhasilan dan posisi seseorang di dalam masyarakat. Orang tua seringkali merasa puas apabila sudah mencukupi kebutuhan pangan, sandang, pendidikan dan rekreasi anak-anaknya.. Ketika seorang anak mendapatkan nilai-nilai yang bagus di sekolah maka orang tua sudah puas hingga langit yang ketujuh. Namun sedikit sekali orangtua yang mendidik anaknya dalam soal-soal keagamaan, mereka tidak peduli bagaimana kualitas dari kerohanian anaknya.. Orang tua beralasan soal-soal keagamaan bukanlah tanggung jawabnya, melainkan tanggung jawab para pemimpin agama.

Orang tua yang tidak mendidik anaknya untuk mengenal Tuhan dengan serius adalah bukti bahwa merekapun tidak serius dalam berhubungan dengan Tuhannya. Padahal berurusan dengan Tuhan adalah masalah yang sangat serius melebihi masalah apapun, kecuali memang orang tersebut ateis. Mengapa kita harus serius berhubungan dengan Tuhan? karena suatu saat ketika sudah selesai di dunia ini, maka setiap manusia harus menghadap Sang Khalik untuk mempertanggungjawabkan kehidupannya di dunia, setelah itu akan ditempatkan di sorga atau neraka. Penempatan di sorga atau neraka ini tidak ada batas waktunya (selamanya), lain dengan hidup manusia selama di dunia yang ada batasnya. Jadi apabila kita oleh Sang Khalik ditempatkan di neraka, siapa yang harus kita salahkan?jawabannya adalah diri sendiri. Kembali kepada anak-anak yang menjadi tanggung jawab orangtuanya, apabila seorang anak mendapat tempat di neraka maka orang tuanya turut bersalah apabila selama masa hidupnya di dunia tidak mengajarkan tentang Tuhan secara serius kepada anaknya

Jadi dari cerita bagaimana kami menolong anak yang kaos tim basketnya hilang tersebut, saya sebagai ayahnya ingin memakai setiap kesempatan di dalam peristiwa sehari-hari untuk membuat anak tersebut semakin mengenal dan tahu siapa Tuhan yang dipercayainya. Pendidikan kerohanian harus menjadi investasi yang terbesar dalam kehidupan berkeluarga. Membuat seorang anak menjadi seorang yang dewasa dalam kerohanian membutuhkan waktu yang banyak, tidak mungkin melalui satu atau dua peristiwa kemudian anak-anak kita menjadi seorang yang taat kepada Tuhan.

Di akhir tulisan ini saya ingin menceritakan tekad seorang teman ketika sama-sama menuntut ilmu di perguruan tinggi. Dia adalah anak seorang pegawai negeri di bagian yang basah. Suatu kali kami berdiskusi tentang korupsi, kemudian dia membuat pernyataan yang sampai saat ini saya masih mengingatnya dengan jelas, katanya, Saya kalau sudah lulus mau korupsi, sebab ayah saya juga korupsi. Menurut saya itu cita-cita yang aneh, karena kami sedang menuntut ilmu untuk menjadi sarjana hukum. Bagaimana mungkin seorang yang harusnya menegakkan hukum malah mau menjadi orang yang melawan hukum. Kuncinya adalah dia pasti tidak dididik dengan serius dalam kerohaniannya.

Bagai Gendewa terhadap Anak Panah

Kita telah membahas betapa keras, tandas, dan lugasnya perintah Tuhan kepada anak-anak agar menghormati orang tua mereka. Dijanjikan-Nya pahala paling mulia bagi yang mematuhinya, dan diancamkan-Nya hukuman paling mengerikan bagi para pelanggarnya. Ya!

Namun, ini tidak boleh kita jadikan alasan untuk membenarkan tindak kesewenang-wenangan para orang tua terhadap anak-anak mereka! Jangan mentang-mentang!

Orang tua, menurut kesaksian alkitab, tidak hanya memiliki “hak”, sementara anak-anak cuma mempunyai “kewajiban”. Tidak! Indahnya dan adilnya etika Alkitab adalah bahwa semua perintah Tuhan senantiasa punya dua sisi. Selalu dua arah. Timbal balik. Tak pernah berat sebelah.

Karena itu di samping janji berkat, ada ancaman laknat. Di samping “hak”, ada “kewajiban”. Orang tua, jelas mempunyai hak. Itu tentu! Tapi mereka juga punya kewajiban. Sedang anak-anak? Mereka punya kewajiban, itu so pasti. Tapi, jangan lupa, mereka juga punya hak!

* * *

DASAR teologis untuk etika timbal-balik tersebut, adalah sebuah prinsip bahwa “anak-anak” bukanlah milik “orang tua” mereka. Anak-anak adalah anugerah, karunia, pemberian, hadiah Allah. Yang di”titip”kan kepada orang tua untuk dilahirkan, diasuh, dipelihara, dan dibesarkan.

Orang tua yang dipilih memang eksklusif. Tuhan tidak memilih orang lain, kecuali ibu saya yang satu itu, untuk melahirkan saya. Namun, orang tua tidak mempunyai hak eksklusif atas anak-anak mereka.

Hak “eigendom” atau “hak milik” atas anak-anak itu tetap pada Allah. Anak-anak itu tetap milik Tuhan sepenuhnya. Eka Darmaputera adalah anak pak Pitoyo, ya, tetapi 100 persen milik Tuhan.

Atau meminjam tamsil yang terkenal dari Kahlil Gibran, “orang tua” adalah sekadar “gendewa” di tangan pemanah. Anak-anak adalah anak-anak panah. Sedang pemanah itu tak lain adalah sang Dia. Tuhan, sang Pemilik sejati.

Gendewa tentu penting. Tanpanya, mustahil anak-anak panah bisa melesat. Tapi gendewa tidak menentukan arah si anak panah. Yang menentukan adalah kehendak sang pemanah, dan kemampuan si anak panah.

Atau, dengan istilah yang lebih kontemporer, gendewa hanya berfungsi sebagai semacam “fasilitator”, yang memungkinkan anak panah itu meluncur ke sasaran dengan sebaik-baiknya. Jadi, sekali lagi, gendewa penting. Tapi jangan takabur, lalu menganggap diri terlalu penting. Gendewa bukan Tuhan! Gendewa bukan segala-galanya!

* * *

MEMAHAMI relasi antara anak, orang tua, dan Tuhan, sebagai “hubungan segi-tiga” seperti tersebut di atas membawa kita pada kesimpulan betapa hubungan orang tua dan anak itu lebih banyak diwarnai oleh kesadaran akan “kewajiban”, ketimbang oleh kesadaran akan “hak”.

Anak-anak punya “kewajiban” terhadap orang tua. Dan sebaliknya, orang tua juga tak kurang punya “kewajiban” terhadap anak-anak.

Hubungan mereka tidak dijiwai oleh roh saling menagih dan saling menuntut hak. Tetapi oleh kerelaan memeriksa diri, apakah “kewajiban” telah dipenuhi.

Perhatian utama orang tua tidak boleh ditujukan pada apakah anak-anak telah membayar “kewajiban” mereka. Artinya, apakah mereka memenuhi syarat untuk disebut sebagai “anak-anak yang baik”. Yang lebih disukai Tuhan adalah, apabila yang bersangkutan mau dengan jujur ber-introspeksi. Bertanya kepada diri sendiri, apakah mereka telah menjadi “orang tua yang baik”.

Perintah Tuhan agar anak-anak menghormati orang tua amat jelas. Sangat afirmatif. Tapi apakah karena itu, maka orang tua lalu ber”hak” menagih ini atau menuntut itu dari anak-anak mereka? Apakah orang tua ber”hak” mengklaim pembayaran kembali atas semua yang telah mereka kerjakan bagi anak-anak mereka?

Alkitab memberi jawaban yang mungkin mengagetkan, yaitu TIDAK! Melahirkan, memelihara, dan membesarkan anak-anak adalah perbuatan yang luhur dan mulia, penuh pengorbanan dan (mungkin) kesakitan.

Tapi ini, menurut Alkitab, sama sekali bukanlah “jasa”. Bukan pula “kebaikan” atau “kebajikan”, melainkan sekadar menjalankan atau memenuhi “kewajiban”.

Orang tua yang tidak melakukannya, adalah orang tua yang buruk. Namun orang tua yang dengan setia melakukannya, adalah orang tua yang sekadar melaksanakan kewajiban. Boleh kita puji. Layak kita syukuri. Tapi tidak lebih dari itu. Mereka tidak serta merta jadi “pahlawan”, yang layak memperoleh bintang jasa.

* * *

BAHWA orang tua layak memperoleh hormat dan bakti yang tulus dari anak-anaknya, ini adalah perintah Tuhan sendiri. Suatu “kewajiban” yang tidak dapat ditawar-tawar. Orang tualah yang telah memungkinkan mereka lahir, hidup dan berkembang di bumi ini. Tanpa orang tua, mereka tidak ada.

Terlebih-lebih bila kita ingat bahwa, berbeda dengan kebanyakan hewan, masa ketergantungan manusia sejak dilahirkan pada perlindungan orang tua, relatif sangat panjang. Bertahun-tahun.

Seekor penyu cukup menyimpan telurnya di bawah pasir, lalu bisa segera kembali ke laut. Dan pada waktunya, bayi-bayi penyu akan keluar, kemudian tanpa bantuan orang tua, pelan-pelan merayap ke laut — sendiri.

Bandingkanlah ini dengan bayi manusia! Mungkin baru setelah berusia kurang lebih 15 tahun, seorang anak betul-betul bisa hidup mandiri. Ini hendak menegaskan kembali, betapa bermaknanya peran orang tua bagi “survival” anak-anak mereka! Hampir-hampir tak tergantikan (= indispensable) oleh apa pun dan oleh siapa pun!

Namun, toh orang tua tidak berhak menagih hormat atau menuntut ganti rugi dari anak-anaknya. Ada yang harus dilakukan oleh anak-anak kepada orang tua, ya, tapi ini lebih merupakan “kewajiban anak-anak” untuk melaksanakannya, ketimbang “hak orang tua” untuk menuntutnya!

Tidak pantas bila orang tua menuntut ketaatan tanpa reserve dari anak-anak mereka berdasarkan prinsip “imbal jasa”. Dan tidak patut, orang tua memaksa anak-anak mereka mengorbankan kemandirian dan kedirian mereka sebagai bentuk pembayaran kembali dari pengorbanan yang telah mereka berikan.

Satu-satunya yang berhak menagih dan menuntut ini adalah Tuhan! Di luar itu, orang tua hanya ber”kewajiban” membesarkan anak-anaknya.

Dan sebagai timbal-baliknya, anak-anak ber”kewajiban” menghormati orangtua mereka. Artinya: orang tidak saling menuntut “hak”, tetapi saling melaksanakan kewajiban masing-masing.

Alangkah nyaman dan tenteramnya hidup bersama, bila ia disemangati oleh kerinduan semua pihak untuk sekadar memenuhi kewajiban masing-masing. Sekiranya para pejabat mengonsentrasikan seluruh upaya mereka, hanya untuk memberi pengayoman kepada rakyat. Dan andaikata rakyat juga hanya mengonsentrasikan seluruh potensi mereka, melulu untuk tujuan-tujuan yang produktif dan konstruktif.

Ketika para pejabat tidak cuma berpusing-pusing menyuap sini menyuap sana, memikirkan intrik ini atau taktik itu, demi mempertahankan kekuasaan mereka. Dan sebaliknya, masyarakat tidak memboros-boroskan enersi, dengan berdemonstrasi setiap hari, memprotes itu memprotes ini, tanpa tahu persis apa yang mereka perjuangkan.

* * *

KARENA itu, di samping menegaskan, “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan”, Paulus dengan tak kurang kuatnya juga menekankan, “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya” (Kolose 3:20-21).

Bila anak-anak punya “utang kewajiban” terhadap orang tua, demikianlah orang tua pun punya “utang kewajiban” terhadap anak-anak. Orang tua punya kewajiban untuk sejak dini menanamkan disiplin kepada anak-anak mereka. Membuat anak-anak mampu membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mengajar mereka mengenal batas — apa yang boleh dan apa tidak boleh. Ini kadang-kadang dapat dilakukan dengan lembut, tapi tidak jarang harus dilakukan dengan keras.

Tapi melakukan tindakan “keras”, sungguh berbeda dengan melakukan “kekerasan”. Yang satu bisa disebut “tegas”, sedang yang lain lebih tepat disebut “buas”. Yang satu dilakukan dengan “sakit”, yang lain dilakukan untuk “menyakiti”.

“Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya”. Boleh bertindak “keras”, bilamana perlu. Tapi tetap dalam cinta kasih. Dan yang lebih utama lagi, dengan “respek”. Salah satu kesalahan yang paling sering dilakukan oleh orang tua adalah, ia bertindak “keras” sekadar untuk menunjukkan “who is the boss”.

Untuk menuntut respek. Padahal, kita tahu, orang akan menghormati kita, bila kita menghormati dia. Anak-anak kita, tanpa perlu diberitahu, sudah tahu siapa “boss” mereka. Yang kadang-kadang hendak mereka uji adalah, apakah “boss” tersebut benar-benar pantas menerima respek mereka.

Dan akhirnya, untuk menjawab pertanyaan, “Anak-anak saya itu kurang apa lagi sih, kok seperti tidak ada puasnya. Padahal semua kebutuhan mereka terpenuhi. Uang saku mereka berlebih-lebihan. Apa lagi?”

Astaga, “Apa lagi?”, itukah pertanyaan Anda? Saudara, anak-anak Anda tidak cuma memerlukan “entertainment” atau hiburan. Tapi “encouragement” atau dorongan. “Supaya jangan tawar hatinya”. Nah, yang ini, sudahkah Anda berikan?

Sumber: http://www.glorianet.org/ekadarmaputera/ekadbaga.html

Aku Benci Guruku

Walaupun tulisan ini dari seorang anak remaja (sangat subyektif), namun bila dibaca dengan lapang dada merupakan kritik yang cukup mengena bagi profesi seorang guru.

  • Aku benci guruku yang selalu menghadap papan tulis atau melihat ke buku selama mengajar.
  • Aku benci guruku yang hanya memberi setumpuk catatan dan setumpuk ulangan yang susah, tanpa pernah menjelaskan materinya.
  • Aku benci guruku yang memberikan materi atau soal latihan secara teoritis, tanpa pernah menerapkannya dalam contoh-contoh atau praktek.
  • Aku benci guruku yang menghabiskan jam-jam pelajaran hanya untuk ceramah soal hal-hal kecil saja.
  • Aku benci guruku yang malas masuk kelas dan hanya hadir saat akan memberi ulangan saja.
  • Aku benci guruku yang tidak pernah mau menyelesaikan masalah dengan murid, hobinya main panggil ortu saja.
  • Aku benci guruku yang suka pamer kekayaan, kepintaran, kehebatan, dll.
  • Aku benci guruku yang pilih kasih.
  • Aku benci guruku laki-laki yang suka main cewek.
  • Aku benci guruku yang cuma bisa memberi soal latihan dari buku cetak saja, tidak mau berusaha mencari dari buku lain atau membuat soal sendiri.
  • Aku benci guruku yang mengoreksi jawaban essay dengan melihat panjang atau pendeknya tulisan.
  • Aku benci guruku yang memberi terlalu banyak humor yang tidak berhubungan dengan plejaran apalagi jika dia tidak bisa menenangkan kelas kembali supaya siap melanjutkan pelajaran.
  • Aku benci guruku yang tidak mau dikritik.
  • Aku benci guruku yang sangat banyak melakukan salah koreksi karena tidak teliti.
  • Aku benci guruku yang lebih suka memberi jawaban sekenanya (biasanya salah) pada murid yang bertanya daripada menjawab keesokan harinya dengan terlebih dahulu mencari jawaban yang benar apabila dia tidak yakin pada jawabannya.
  • Aku benci guruku yang berdandan seperti preman pasar, gadis cafe, korban tsunami dll.
  • Aku benci guruku yang menutup diri dari pergaulan dengan sesama guru.
  • Aku benci guruku yang memberi hanya dari otak sendiri saja, tanpa mau bekerja sama dengan guru lain yang bidang studinya sama.
  • Aku benci guruku yang melengos bila disapa.
  • Aku benci guruku yang tidak berusaha mengenal murid, hobinya nongkrong di ruang guru dan kalau memanggil murid cuma dengan sebutan yang itu, yang di pojok, yang kacamata, yang rambutnya dikepang, dll.
  • Aku benci guruku yang menilai kebaikan murid dari prestasi di rapor saja tanpa menghargai kerja keras dan keahlian lain dari masing-masing anak.
  • Aku benci guruku yang tidak bisa merawat fasilitas kelas atau tidak mau mengisi jurnal kemajuan belajar kelas.

Memberikan Pujian

Seorang pengemis duduk mengulurkan tangannya di sudut jalan. Tolstoy, penulis besar Rusia yang kebetulan lewat di depannya, langsung berhenti dan mencoba mencari uang logam di sakunya. Ternyata tak ada. Dengan amat sedih ia berkata, “Janganlah marah kepadaku, hai Saudaraku. Aku tidak bawa uang.”

Mendengar kata-kata itu, wajah pengemis berbinar-binar, dan ia menjawab, “Tak apa-apa Tuan. Saya gembira sekali, karena Anda menyebut saya saudara. Ini pemberian yang sangat besar bagi saya.”

Setiap manusia, apapun latar belakangnya, memiliki kesamaan yang mendasar: ingin dipuji, diakui, didengarkan dan dihormati.

Kebutuhan ini sering terlupakan begitu saja. Banyak manajer yang masih beranggapan bahwa orang hanya termotivasi uang. Mereka lupa, nilai uang hanya bertahan sampai uang itu habis dibelanjakan. Ini sesuai dengan teori Herzberg yang mengatakan bahwa uang tak akan pernah mendatangkan kepuasan dalam bekerja.

Manusia bukan sekadar makhluk fisik, tapi juga makhluk spiritual yang membutuhkan sesuatu yang jauh lebih bernilai. Mereka butuh penghargaan dan pengakuan atas kontribusi mereka. Tak perlu sesuatu yang sulit atau mahal, ini bisa sesederhana pujian yang tulus.

Namun, memberikan pujian ternyata bukan mudah. Jauh lebih mudah mengritik orang lain.

Seorang kawan pernah mengatakan, “Bukannya saya tak mau memuji bawahan, tapi saya benar-benar tak tahu apa yang perlu saya puji. Kinerjanya begitu buruk.” “Tahukah Anda kenapa kinerjanya begitu buruk?” saya balik bertanya. “Karena Anda sama sekali tak pernah memujinya!”

Persoalannya, mengapa kita begitu sulit memberi pujian pada orang lain?

Menurut saya, ada tiga hal penyebabnya, dan kesemuanya berakar pada cara kita memandang orang lain.

  1. Kita tidak tulus mencintai mereka. Cinta kita bukanlah unconditional love, tetapi cinta bersyarat. Kita mencintai pasangan kita karena ia mengikuti kemauan kita, kita mencintai anak-anak kita karena mereka berprestasi di sekolah, kita mengasihi bawahan kita karena mereka memenuhi target pekerjaan yang telah ditetapkan.

    Perhatikanlah kata-kata di atas: cinta bersyarat. Artinya, kalau syarat-syarat tidak terpenuhi, cinta kita pun memudar. Padahal, cinta yang tulus seperti pepatah Perancis: L`amour n`est pas parce que mais malgre. Cinta adalah bukan “cinta karena”, tetapi “cinta walaupun”. Inilah cinta yang tulus, yang tanpa kondisi dan persyaratan apapun.

    Cinta tanpa syarat adalah penjelmaan sikap Tuhan yang memberikan rahmat-Nya tanpa pilih kasih. Cinta Tuhan adalah “cinta walaupun”. Walaupun Anda mengingkari nikmat-Nya, Dia tetap memberikan kepada Anda. Lihatlah bagaimana Dia menumbuhkan bunga-bunga yang indah untuk dapat dinikmati siapa saja tak peduli si baik atau si jahat. Dengan paradigma ini, Anda akan menjadi manusia yang tulus, yang senantiasa melihat sisi positif orang lain. Ini bisa memudahkan Anda memberi pujian.

  2. Kita lupa bahwa setiap manusia itu unik. Ada cerita mengenai seorang turis yang masuk toko barang unik dan antik. Ia berkata, “Tunjukkan pada saya barang paling unik dari semua yang ada di sini!” Pemilik toko memeriksa ratusan barang: binatang kering berisi kapuk, tengkorak, burung yang diawetkan, kepala rusa, lalu berpaling ke turis dan berkata, “Barang yang paling unik di toko ini tak dapat disangkal adalah saya sendiri!”

    Setiap manusia adalah unik, tak ada dua orang yang persis sama. Kita sering menyamaratakan orang, sehingga membuat kita tak tertarik pada orang lain. Padahal, dengan menyadari bahwa tiap orang berbeda, kita akan berusaha mencari daya tarik dan inner beauty setiap orang. Dengan demikian, kita akan mudah sekali memberi pujian.

  3. Paradigm paralysis. Kita sering gagal melihat orang lain secara apa adanya, karena kita terperangkap dalam paradigma yang kita buat sendiri mengenai orang itu. Tanpa disadari kita sering mengotak-ngotakkan orang. Kita menempatkan mereka dalam label-label: orang ini membosankan, orang itu menyebalkan, orang ini egois, orang itu mau menang sendiri. Inilah persoalannya: kita gagal melihat setiap orang sebagai manusia yang “segar dan baru”. Padahal, pasangan, anak, kawan, dan bawahan kita yang sekarang bukanlah mereka yang kita lihat kemarin. Mereka berubah dan senantiasa baru dan segar setiap saat.

Penyakit yang kita alami, apalagi menghadapi orang yang sudah bertahun-tahun berinteraksi dengan kita adalah 4 L (Lu Lagi, Lu Lagi — bahasa Jakarta). Kita sudah merasa tahu, paham dan hafal mengenai orang itu. Kita menganggap tak ada lagi sesuatu yang baru dari mereka. Maka, di hadapan kita mereka telah kehilangan daya tariknya.

Sewaktu membuat tulisan ini, istri saya pun menyindir saya dengan mengatakan bahwa saya tak terlalu sering lagi memujinya setelah kami menikah. Sebelum menikah dulu, saya tak pernah kehabisan bahan untuk memujinya. Sindiran ini, tentu, membuat saya tersipu-sipu dan benar-benar mati kutu.

Pujian yang tulus merupakan penjelmaan Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Maka, ia mengandung energi positif yang amat dahsyat. Saya telah mencoba menerapkan pujian dan ucapan terima kasih kepada orang-orang yang saya jumpai: istri, pembantu yang membukakan pagar setiap pagi, bawahan di kantor, resepsionis di kantor klien, tukang parkir, satpam, penjaga toko, maupun petugas di jalan tol.

Efeknya ternyata luar biasa. Pembantu bahkan menjawab ucapan terima kasih saya dengan doa, “Hati-hati di jalan, Pak!” Orang-orang yang saya jumpai juga senantiasa memberi senyuman yang membahagiakan. Sepertinya mereka terbebas dari rutinitas pekerjaan yang menjemukan.

Pujian memang mengandung energi yang bisa mencerahkan, memotivasi, membuat orang bahagia dan bersyukur. Yang lebih penting, membuat orang merasa dimanusiakan.

Sumber: Indonesia Business Online, Penulis: Arvan Pradiansyah

 

Kasih Seorang Ibu

Oleh: Sidiq Prasetyo

Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia memunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya.

Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu memunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahakannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya. Selain aib yang harus ditanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemoohan, karena telah melahirkan seorang bayi haram tanpa bapa.

Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love — Kasih. Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa dapatkan.

Terkadang ia harus menjahit sampai pukul 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu dan Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restoran. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya. Di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.

Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.

Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luar sangat dingin sekali, karena pada saat itu sedang musim dingin menjelang hari Natal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupi. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca di luar dingin sekali, bahkan dalam keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja.

Sejak saat itu ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi dalam keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.

Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya di luar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih memunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan memunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restoran. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidak diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah memunyai seorang cucu.

Ia sangat mendambakan untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya. Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja di sana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai bibi pembantu dari keluarga tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa permohonannya telah dikabulkan.

Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dalam kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.

Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya di rumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo. Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pensiun yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.

Pada tahun lampau beberapa hari sebelum Natal, ia jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.

Suhu di luar telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan salju pun turun dengan lebatnya. Jangankan manusia, anjing pun pada saat ini tidak mau ke luar rumah lagi, karena di luar sangat dingin, tetapi nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus berjam-jam. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dalam keadaan sakit.

Setiba di rumah putrinya dalam keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata putrinya sendiri yang membukakan pintu rumah. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor: “Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!”

“Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luar dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi, Nak!” kata wanita tua itu. “Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!” ucap putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis. Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihan pun tidak ada.

Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam telepon di rumah putrinya “Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam teleponnya sebentar untuk menelepon ke kantor polisi, sebab di halte bus di depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!” Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.

Ibu saya tidak melek komputer, bahkan beliau seorang wanita yang buta aksara, tetapi untuk Mang Ucup pribadi beliau adalah wanita yang paling hebat, di mana sampai dengan detik ini Mang Ucup masih bisa belajar dari padanya. Belajar memberikan dan membagikan kasih tanpa pamrih dan tanpa lagas. Ibunya Mang Ucup menderita sakit kanker, tetapi ia tidak pernah mengeluh. Tiap kali saya menelpon Ibu, pertanyaan standar selalu diajukan kepada saya: “Apa yang Ibu bisa bantu untukmu, Nak?” Ia tidak memohon untuk dirinya sendiri dalam doanya, yang ia utamakan selalu hanyalah kami anak-anaknya! Ia selalu mendoakan kami siang dan malam.

Maka dari itulah untuk Mang Ucup, Ibu saya adalah wanita yang tercantik sejagat raya, melebihi daripada Michael Preifer walaupun ia barusan saja terpilih oleh majalah People sebagai wanita tercantik sedunia tahun 1999. Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga.

Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dalam setahun.

Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu. Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah.

Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan-jalan? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita? Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.

“When Mother prayed, she found sweet rest, When Mother prayed, her soul was blest; Her heart and mind on Christ were stayed, And God was there when Mother prayed!”

“Our thanks, O God, for mothers Who show, by word and deed, Commitment to Thy will and plan And Thy commandments heed.”

“A thousand men may build a city, but it takes a mother to make a home.”

Apabila Anda mengasihi Ibunda Anda sebarkanlah tulisan ini kepada rekan-rekan lainnya, agar mereka juga sadar selama Ibunda mereka masih hidup berikanlah bakti kasih Anda kepada Ibunda terkasih sebelumnya terlambat.

 

Saat Teduh


Kata Pengantar
Bagi orang-orang Kristen yang tinggal di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia, Alkitab merupakan sesuatu yang mudah dan murah untuk dimiliki. Namun, kenyataan tersebut tidak berlaku di semua tempat di Indonesia. Di beberapa daerah di Indonesia, masih banyak arang Kristen yang kesulitan memperoleh Alkitab. Kalaupun ada, mahal harganya.
Sekalipun orang-orang Kristen di kota-kota besar telah dibekali dan membekali diri dengan Alkitab, tidak semuanya telah sungguh-sungguh membaca Alkitabnya. Padahal kesempatan ia memiliki Alkitab sendiri sangatlah besar, dibandingkan saudara-saudaranya di daerah yang lain.
Ada banyak faktor penyebab mengapa orang-orang Kristen di kota-kota besar tidak membaca Alkitabnya secara rutin. Ada faktor kemalasan. Ada yang beralasan sibuk dengan kegiatan sehari-hari. Ada juga yang beralasan tidak tahu cara membaca Alkitab dengan benar. Ada juga yang mengalami kesulitan dalam memahami berita Alkitab dari masa lalu untuk diterapkan pada masa kini. Dan sejumlah alasan lainnya.
Pada kesempntan kali ini, Buletin Pembinaan akan membahas tentang Saat Teduh. Topik ini sengaja dipilih untuk membekali warga jemaat dengan pengetahuan praktis untuk melakukan saat teduh, baik secara pribadi maupun berkelompok. Selain itu, diharapkan warga jemaat termotivasi untuk melakukan saat teduh secara rutin.

Pengertian dasar saat teduh
Jika ditinjau dari segi makna kata, maka istilah “saat teduh” menunjuk pada segi waktu dan juga suasana atau keadaan. Saat teduh adalah masa di mana suasana/keadaan yang terjadi bersifat teduh dan tenang. Dengan pengertian tersebut, tentu ada banyak saat teduh dalam hidup kita. Misalnya: sebelum tidur di malam hari, sewaktu bangun pagi-pagi sekali, sewaktu sendirian di rumah peristirahatan, setelah mendengarkan kotbah dalam kebaktian Minggu dsb.
Pada perkembangan selanjutnya, istilah “saat teduh” itu dipakai untuk menunjuk pada waktu di mana orang Kristen menenangkan diri dalam masa yang teduh dan tenang untuk membaca Alkitab dan merenungkannya. Beberapa puluh tahun yang lalu, banyak orang Kristen yang memakai buku renungan berjudul “Saat Teduh” sebagai alat bantu merenungkan Firman Tuhan. Oleh karena itu, banyak orang yang kini menyebut Saat Teduh terhadap tindakan membaca, merenungkan isi Alkitab dan berdoa.
Jadi, dapat dikatakan bahwa Saat Teduh itu adalah kegiatan orang percaya dalam membaca, merenungkan Firman Tuhan don berdoa yang dilakukan dalam masa yang suasananya teduh dan tenang.

Mengapa bersaat teduh?
Barangkali ada yang bertanya,”Mengapa saya harus bersaat teduh?” Sekilas; mungkin pertanyaan itu terdengar bodoh. Tetapi, pertanyaan itu baik untuk ditanyakan dan dipertanyakan. Mengapa? Karena banyak orang yang saat ini masih membeo. Melakukan apa yang disuruhkan orang kepadanya tanpa bersikap kritis dan yang parah adalah ketika ia tidak tahu untuk apa ia melakukannya.
Pertanyaan itu baik, karena mendorong kita untuk mencari tahu alasan mengapa orang Kristen harus bersaat teduh. Alasan
pertama adalah bahwa kita harus bersyukur kalau sampai dengan saat ini, kita masih memiliki kesempatan untuk memiliki Alkitab sendiri. Ada banyak orang Kristen yang tidak bisa membeli Alkitab. Bahkan ada juga banyak orang Kristen yang harus sembunyi-semburryi dalam mencari dan membaca Alkitab (mis: orang Kristen di Republik Rakyat China).
Alasan kedua, kita harus bersyukur bahwa Alkitab pada masa kini ditulis dalam bahasa yang kita mengerti. Bahkan, kini tersedia banyak terjemnhan Alkitab ke dalam berbagai bahasa yang dapat kita manfaatkan untuk memperkaya pembacaan kita terhadap Firman Tuhan. Bukan berarti sejak dulunya sudah begitu. Dulu, Alkitab hanya boleh dibaca oleh para pastor dan ditulis dalam Bahasa Latin, yang tidak populer di kalangan umat kebanyakan.
Martin Luther, seorang tokoh reformator, menilai situasi tersebut tidaklah sehat. Oleh karera itu, ia coba menerjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Jerman, sehingga Firman Tuhan itu bisa dibaca, dikenal dan juga dilakukan oleh umat. Upayanya itu diikuti oleh yang Iainnya, sehingga kini muncul Alkitab dalam berbagai bahasn. Alkitab menjadi dekat dengan manusia, karena ia ditulis dalam bahasa yang bisa kita mengerti. Bukankah itu adalah anugerah?
Alasan ketiga, karena Alkitab itu memiliki banyak fungsi yang baik untuk membekali kehidupan orang percaya, terutama ketika saat ini problematika kehidupnn yang kita hadapi bertambah luas dan kompleks. Dalam 2 Tim. 3:16, diungkapkan beberapa fungsi dari Alkitab, yaitu:

Mengajar. Apa yang diajarkan oleh Alkitab? Tentu saja kita dapat belajar tentnng Allah yang menyatakan diri, karya dan kehendak-Nya sampai saat ini kepada umat manusia. Kita pun dapat belajar tentang respon manusia, baik yang positif maupun negatif, terhadap Allahnya.

Menyatakan kesalahan Di dalam Alkitab terdapat kebenaran yang sifatnya universal dan kekal. Oleh karena itu, dengan membaca yang benar (Alkitab), maka kita dapat tahu apa yang salah.

Memperbaiki kelakuan. Dengan mengetahui apa yang salah, maka kita diajak untuk memperbaiki kelakuan kita Tidak hanya kelakuan bahkan, tetapi juga pola pikir dan tutur kata kita juga.

Mendidik orang dalam kebenaran. Ini adalah fungsi yang tidak kalah pentingnya. Sebagai orang percaya, kita diharapkan untuk setia pada kebenaran dan karenanya berupaya untuk hidup dalam kebenaran itu. Alkitab dapat menolong kita untuk mengenal kebenaran dan mendidik kita untuk setia pada kebenaran.

Saat teduh pribadi dan kelompok
Berdasarkan pengertian di atas, maka saat teduh pada dasarnyan dapat kita lakukan secara pribadi ataupun berkelompok. Tentu saja itu dilakukan berdasarkan kebutuhan. Bagi mereka yang belum berkeluarga, tentu bersaat teduh dilakukan secara pribadi. Kalaupun dilakukan secara berkelompok, ia dapat melakukannya bersama orang tua atau teman-temannya.
Ada juga orang yang bersaat teduh secara berkelompok, misalnya: bersama keluarga, kelompok tumbuh bersama, teman-teman sekantor, dsb. Bersaat teduh secara berkelompok memiliki nilai lebih dibandingkan saat teduh pribadi, karena di dalamnya, kita bisa saling berbagi tentang Firman Tuhan, pengalaman hidup dsb., sehingga hal itu dapat saling memperkaya. Bukan berarti saat teduh pribadi itu nilainya kurang. Tidak. la tetap berharga untuk dilakukan.
Bagi mereka yang telah berkeluarga, sangatlah baik jika saat teduh dilakukan secara berkelompok. Selain nilai lebih di atas, saat teduh keluarga juga dapat mempererat ikatan kekeluargaan dan kebersamaan di antara sesama anggota keluarga. Di situlah wadah dan kesempatan kita dapat saling berkomunikasi, menguatkan dan juga bertumbuh.

Waktu dalam bersaat teduh
Sebenarnya tidak ade waktu yang paling baik dalam bersaat teduh, karena pada dasarnya kita dapat membaca dan merenungkan Firman Tuhan kapan saja. Sekalipun demikian, pemilihan waktu yang tepat akan sangat menentukan proses saat teduh yang kita lakukan.
Kalau begitu, kapan waktu yang tepat itu? Tentu itu tergantung dari diri kita masing-masing. Yang penting, ada suasana teduh dan tenang saat kita bersaat teduh. Suasana yang demikian akan sangat menolong kita untuk berkonsentrasi dan mendapat sesuatu dari Firman yang kita baca (bnd. Mat. 6:6).
Dalam Mrk. 1:35, dikisahkan tentang Tuhan Yesus yang berdoa pada pagi-pagi sekali sewaktu hari masih gelap. Tempat yang dipilih pun adalah tempat yang tenang. Di situlah Ia dapat berkonsentrasi dalam bersaat teduh untuk mendapatkan kekuatan spiritual guna melanjutkan karya-Nya di dunia.
Bukan berarti bahwa kita harus bersaat teduh pada pagi-pagi sekali, sama seperti Tuhan Yesus. Bagaimana dengan mereka yang harus pergi ke kantor pagi-pngi sekali? Kapan waktu mereka bersaat teduh? Lagipula, Tuhan Yesus juga biasa berdoa pada malam hari, saat suasananya mendukung (lih. Mat. 14:23).
Oleh karena itu, yang penting bukan kapannya, tetapi waktu yang tepat; tepat karena ada suasana teduh dan tenang, tepat karena kita bisa dengan sungguh-sungguh membaca Alkitab untuk mencari tahu apa kehendak-Nya bagi kita, tepat karena kondisi fisik kita masih memungkinkan untuk berdoa kepada-Nya.
Kalau waktu yang tepat itu adalah pagi hari, ya… lakukanlah pada pagi hari. Kalau waktu yang tepat itu adalah malam hari, sebelum tidur, ya… lakukanlah pada malam hari. Yang penting, kita tetap melakukan saat teduh di waktu yang tepat.

Tempat bersaat teduh
Sejalan dengan pembahasan di atas tentang waktu dalam bersaat teduh, maka tidak ada tempat yang paling baik dalam bersaat teduh. Dalam Alkitab, Tuhan Yesus berkali-kali berdoa di sebuah bukit, di tempat yang sunyi (bnd. Mat. 14:23; Mrk. b:46; Luk. 6:12). Mengapa bukit menjadi tempat favorit-Nya? Yang pasti, bukit dipilih bukan karena tempat itu lebih tinggi dan karenanya lebih dekat ke sorga atau dengan kata lain doanya lebih cepat didengar oleh Allah Bapa.
Tempat itu dipilih karena menyediakan suasana yang teduh dan tenang. Suasana itu adalah prasyarat bagi saat teduh yang baik dan berkualitas.
Lagipula, dalam kesempatan yang lain, Tuhan Yesus menyuruh para pendengar-Nya untuk berdoa di kamar yang terkunci (Mat. 6:6). Di balik pengajaran itu, sebenarnya terkandung pemahaman bahwa saat teduh itu harus dilakukan dalam suasana yang teduh, tenang, serta bukan dalam semangat untuk memamerkan kepada orang lain bahwa diri kita adalah orang yang saleh, yang ditun jukkan dengan seringnya berdoa (bersaat teduh).
Jadi, dapat dikatakan bahwa tempat yang baik dalam bersaat teduh adalah tempat yang menyediakan suasana teduh dan tenang. Oleh karena itu, kita tidak terikat pada kamar di rumah kita. Kita juga bisa bersaat teduh di villa saat retreat pribadi misalnya. Hal yang penting adalah bahwa tempat itu haruslah mendukung kita bersoat teduh secara berkualitas.

Langkah-langkah praktis dalam bersaat teduh
Sebenarnya, ada sejumlah langkah praktis untuk melakukan saat teduh, misalnya: diawali dan diakhiri dengan nyanyian. Tetapi secara umum, bersaat teduh dapat dilakukan dengan langkah demikian:
a. Berdoalah. Sebelum kita membaca dan merenungkan Firman Tuhan, diharapkan kita berdoa terlebih dahulu. Kita berdoa supaya Roh Kudus memberi penerangan kepada kita, sehingga bagian Alkitab yang kita baca sungguh-sungguh memberi arti dan makna bagi hidup kita. Kita pun dimampukan untuk memahami berita Alkitab dari masa lalu untuk diterapkan pada masa kini. Jadi, untuk memahami isi Alkitab diperlukan bantuan Allah sendiri, tidak bisa dan tidak boleh bergantung pada pengertian diri sendiri.

b. Bacalah. Ada baiknya, kita memiliki daftar bacaan harian. Saat ini, ada daftar bacaan harian yang diterbitkan oleh LAI selama setahun (biasanya juga dicantumkan dalam warta jemaat mingguan). Atau, kalau kita tidak mempunyainya, kita dapat memanfaatkan daftar bacaan yang tertera dalam buku renungan yang biasa kita pakai (spt: Saat Teduh, Renungan Harian, Santapan Harian, dsb.). Jika kita sudah tahu bagian Alkitab mana yang harus kita baca, maka kita dapat segera membacanya. Dalam membaca Aikitab, tentu kita tidak boleh tergesa-gesa, sehingga kita tidak bisa menangkap maknanya. Membaca Alkitab tidak sama seperti membaca buku komik, yang dapat dibaca sekilas saja.

c. Renungkanlah. Seusai kita membaca Alkitab, ada baiknya kita merenungkan terlebih dahulu hal-hal di bawah ini. Ada baiknya kita tidak langsung membaca buku renungan yang kita punyai. Buku itu hanya menolong kita saja. Oleh karena itu, yang penting adalah proses pemaknaan secara pribadi terhadsp teks Alkitab yang kita baca. Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dapat menolong kita untuk merenungkan teks Alkitab itu secara pribadi, yaitu:

o Apa saja yang kubaca. ada peristiwa apa? Hal apa yang menarik? Siapa yang menjadi tokoh atau pusat berita? Adakah kaitan dengan ayat atau perikop sebelumnya?

o Apa pesan yang Allah sampaikan kepadaku melalui nas tadi. adakah janji terungkap di sana? Apakah Allah memberi peringatan dalam ayat itu? Adakah teladan yang bisa kita pelajari? Dst.

o Apa responku adakah hal-hal spesifik dalam hidupku kini yang disoroti oleh pesan Firman Tuhan tsb.? Apa responku terhadap firman itu agar menjadi bagian dari hidupku?

d. Bandingkanlah hasil perenungan pribadi kita dengan buku renungan yang kita miliki. Kalau ternyata hasilnya berbeda, jangan kecil hati. Bukan berarti kita salah dalam memahami pesan Firman Tuhan. Perbedaan itu justru memperkaya pemahaman yang bisa kita dapat dari teks Alkitab yang dibaca. Lagipula, setiap orang dewasa harus memiliki perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan melalui Alkitab yang ia baca. Dan pengalaman perjumpaannya itu adalah sahih.

e. Berdoalah kembali di akhir perenungan kita. Kita berdoa supaya pesan Firman Tuhan itu dapat terus kita ingat dan lakukan. Kita pun boleh mendoakan berbagai hal lainnya, spt: kegiatan di sepanjang hari yang akan kita lalui (kalau saat teduh dilakukan pagi hari); kegiatan yang sudah kita lakukan (pada malam hari); keluarga yang kita kasihi dsb.

f. Periksalah apakah kita sudah melakukan pesan Firman Tuhan itu dalam kehidupan sehari-hari. Jika kita bersaat teduh di pagi hari, maka kita dapat memeriksa diri kita pada malam harinya. Jika kita bersaat teduh di malam hari, maka kita dapat memeriksa diri pada keesokan malamnya saat kita bersaat teduh kembali. Langkah ini menjadi penting, sebagai proses evaluasi diri dan juga mengingatkan kita untuk terus termotivasi melakukan dan memberlakukan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Sejarah Perkembangan Musik Rohani

I. Sebelum Masa Kristus

Pada dasarnya manusia merupakan makhluk religius walaupun ia sering ingkar janji. Dalam kehidupan manusia terdapat suatu kesadaran akan adanya suatu makhluk yang mahakuasa. Sekalipun suku bangsa yang paling primitif pun merupakan makhluk religius ketika ia mencoba untuk menggenapi kewajibannya terhadap kuasa yang tak kelihatan itu. Sejak permulaan sejarah musik. selalu menjadi suatu hubungan yang unik dengan pengalaman ibadah manusia.

Ada banyak bukti mennnjukkan bahwa kebudayaan Mesir, salain satu kebudayaan yang paling awal, menggunakan musik secara intensif dalam upacara ritual religius, Orang Mesir memiliki banyak instrumen musik, dari sistrum sampai harpa dengan 12 atau 13 senar. Tak diragukan lagi, Yunani, yang kebudayaannya tak kalah pentingnya memperoleh pengetahuan tentang musik dan prakteknya dari orang-orang Mesir.

Orang Yunani sangat banyak menggunakan musik dalam upacara keagamaan mereka dan menyatakan bahwa musik mempengaruhi moral dan emosi manusia dan menganggap musik berasal dari dewa-dewa. mereka.

Walaupun bangsa Ibrani, menggunakan musik dalam ibadah mereka kepada Yehova, namun musik tidak pernah dikembangkan seperti bangsa Yunani. Orang Ibrani, tidak Seperti orang Yunani, tidak menghubungkan musik dengan moralitas. Bagi orang Ibrani, seni yang dianggap penting kalau bila dipakai untuk memuja dan memuji Yehova.

Sebagian besar yang kita ketahui tentang ibadah orang Ibrani ada dalam kitab Perjanjian Lama. Di dalamnya kita mendapati sejumlah besar acuan yang membuktikan pentingnya musik vokal dan instrumental dalam ibadah orang Ibrani. Kata musik pertama-tama tertulis dalam Kejadian 4:21, di mana Yubal disebutkan sebagai “bapa, semua orang yang memainkan kecapi dan suling”. Dalam Kitab. Suci ada kira-kira 13 instrumen yang berbeda, yang disebutkan, yang dapat diklasifikasikan sebagai instrumen dengan senar, instrumen tiup atau perkusi. Ada sejumlah penyanyi dan lagu disebutkan dalam Perjahjian Lama, misalnya: Lagu Miriam (Keluaran 15:20-21) Lagu Musa (Keluaran 15:2) Lagu Debora dan Barak (Hakim-Hakim 5:3) ` Lagu ucapan Syukur Hana (1 Samue12:1-10) Lagu ueapan syukur dan pelepasan dari kejaran Saulus yang dinyanyikan Daud (II Samuel 22)

Semua kata yang berkenaan dengan musik, pemusik, instrumen musik, lagu, penyanyi dan nyanyian disebutkan 575 kali dalam seluruh isi Alkitab. Acuan yang berkaitan dengan musik didapati dan 44 dari 66 kitab dalam, Alkitab. Kitab Mazmur yang terdiri dari 150 pasal, dianggap berasal mula dari sebuah kitab yang berisi nyanyian.

Dengan jatuhnya Yerusalem di bawah kekuasaan Daud dan ditempatkannya kemah suci di kota itu, ibadah yang dilakukan menjadi semakin semarak dan dilengkapi dengan pagelaran musik. Suku Lewi ditugaskan untuk memberikan pelayanan musik dan memimpin ibadah ini. Di bawah kepemimpinan Daud paduan suara dan orkestra besar pertama dikelola untuk dipakai sebagai bagian dari ibadah di kemah suci.

Ketika Salomo, anak Daud, menjadi raja dan membangun Bait Allah yang pertama, semarak,pagelaran musik menjadi semakin agung Yosephus, sejarawan Yahudi yang terkenal, menulis bahwa dalam Bait Allah yang pertama ada 200.000 peniup terompet dan 200.000 penyanyi berjubah yang dilatih untuk ikut serta dalam ibadah ini. II Tawarikh pasal lima memberikan laporan tentang hadirnya sejumlah besar penyanyi dan instrumen musik, dalam ibadah tersebut:

Setelah kembali dari tampat pembuangan di Babel, ibadah di Bait Allah kembali dilaksanakan, dengan pembangunan Bait Allah, yang kedua. Walaupun yang kedua ini tidak seindah yang pertama, namun jelas bahwa pagelaran musik merupakan bagian dari ibadah orang Ibrani. Kitab Talmud Yahudi menjelaskan tradisi menyanyikan mazmur dalam Bait Allah kedua.

II. Kelahiran Yesus Kristus

Dengan datangnya era baru, yaitu kelahiran Yesus Kristus, suatu semangat dan motif baru, yang tak dikenal oleh orang Mesir, Yunani,; Romawi dan Yahudi, rnelanda kesadaran beragama. Ini merupakan suatu kesukacitaan karena memiliki hubungan secara pribadi dan akrab dengan Allah melalui pribadi dan karya keselamatan Anak-Nya, Yesus Kristus ibadah tidak lagi terbatas pada Bait Allah atau rumah ibadat, tetapi setiap orang percaya menjadi bait bagi Allah yang hidup. Ini tidaklah sema dengan demonstrasi yang semarak dan berirama yang dikumandangkan agama-agama purba: Ini merupakan sukacita disertai dengan ibadah kepada Pribadi Kristus.

Walaupun sebagian besar ibadat umat Kristen dilakukan secara rahasia karena penindasan pemerintah Romawi, namun tidak dapat disangkal musik sudah menjadi ekspresi natural bagi sukacita kristiani. Sejarah gereja mencatat bahwa banyak martir yang menghadapi kematian sambil mendendangkan lagu pujian tentang Juruselamat mereka. Kita melihat bahwa musik digunakan secara ekstensif sejak zaman awal para rasul dan masa gereja pasca para rasul dan kita dapat membacanya dalam Efesus 6:19, Kolose 3:16, Kisah Para Rasul 16:25, den Yakobus 5:13.

Memang benar bahwa sumber utama, baik pada zaman Yudaisme kuno dan orang Kristen yang mula-mula, ialah mazmur. Namun, selain itu kita juga mendapati nyanyian Maria, Magnificat – Lukas 1:46-55; nyanyian Zakharia, Benedictus —Lukas 1:68-79; nyanyian para malaikat, Gloria in Exelsis . Lukas 2:14; nyanyian Simeon, Nunc Dimittis — Lukas 2:29; nyanyian Yesus – Matius 26:30. Nyanyian lain dalam Perjanjian Baru ialah nyanyian Paulus dan Silas dalam Kisch Para Rasul 16:25, dan nyanyian orang-orang tertebus dalam Wahyu 14:3 dan 15:3. Musik gereja Kristen yang mula-mula kebanyakan vokal, dengan sedikit perhatian terhadap pemakaian instrumen.

Dengan diizinkannya kekristenan berkembang di bawah pemerintahan Konstantin Agung, organisasi yang sederhana dari gereja, para rasul lambat laun berkembang menjadi suatu sistem liturgi dan ibadah yang kompleks. Pada masa inilah St. Ambrose dari Milan banyak mendorong jemaat agar banyak memuji Tuhan. Akan tetapi lambat laun, para pengikut perorangan semakin sedikit memperoleh porsi dalam ibadah sementara pendeta memegang seluruh rincian liturgi, termasuk puji- pujian dalam ibadah.

III. Abad Pertengahan

Seribu tahun berikutnya, meliput kurun waktu dari abad keempat sampai kepada periode Renaissance-Reformasi, yang biasa disebut sebagai Abad Pertengahan, atau Abad kegelapan oleh para sejarawan. Lagu-lagu yang dinyanyikan oleh para imam merupakan perkembangan musik gereja yang paling penting dari abad keempat sampai keenam. Asal mula sebenarnya dari lagu-lagu ini tidak diketahui. Pemimpin musik yang terkenal saat itu ialah St. Gregory Agung yang hidup menjelang akhir abad keenam. Lagu-lagu gereja pada masa ini sering disebut sebagai “Lagu- Lagu Cregoriari.

Abad ketujuh sampai masa Renaissance-Reformasi menyaksikan banyak aktivitas dan perkembangan musik yang penting Liturgi untuk misi dibuat dan ditetapkan Liturgi ini terdiri dari dua bagian utama: Misa umum dan berjenis-jenis bagian sebuah misi. Misa umum tergantung pada penekanannya. Jenis-jenis misi lainnya juga dikembangkan pada masa ini. Liturgi dari misa-misa ini penting karena memberikan struktur-struktur musikal bagi banyak komposisi paduan suara, baik oleh orang Katolik maupun Protestan, selama berabad-abad. Salah satu contohnya ialah B. Minor Mass karangan Bach.

Abad pertengahan ini juga menandai bertumbuhnya harmoni, yang semakin maju dari nyanyian bersama menjadi mengharmoniskan dua atau lebib suara kepada satu suara melodi utama. Bagian-bagian melodi utama ini, yang dikenai sebagai cantus firmus, secara umum dipinjam dari lagu-lagu gereja yang mula-mula. Alat-alat polifonik dan untuk mengiringi lagu digunakan dalam musik ini mencapai hasil yang sempurna melalui musik duu komposer terbaik dari lagu rohani sepanjang zaman, yaitu Palestine dari abad keenam belas dan J.S. Bach, 1685-17b0.

IV. Periode Renaissance Reformasi

Periode berikutnya yang penting dalam sejarah ialah periode Renaissance-Reformasi dari tahun 1450 sampai 1600. Periode ini ditandai dengan bangkitnya perhatian dalam aktivitas intelektual dan seni. Dalam arti religius, Reformasi, yang mencapai klimaksnya oleh Martin Luther dengan “95 Tesis pada Pengakuan Augsburg” pada tahun 1517, sangat panting baik secara teologis maupun secara musikal bagi seluruh pengikut aliran ini. Pada masa itu orang-orang Kristen menyadari kebenaran dari suatu hubungan pribadi dengan Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus saja.

Adalah wajar bila dengan hadirnya kesukacitaan baru timbullah keinginan untuk mengekspresikan penyembahan dan pujian. Jemaat menyanyikan lagu-lagu pujian dan paduan suara merupakan suatu kekuatan dalam gerakan baru ini. Baik teman-teman maupun musuh Luther mengatakan bahwa ia memperoleh lebih banyak petobat barn melalai. pemanfaatan dan dorongan nyanyian jernaat daripada yang dilakukannya melalui khotbah Luther sendiri mengatakan bahwa musik merupakan pemberian Allah yang paling baik dan agung di dunia.

John Calvin dan El-ich Zwingli juga menyadari pentingnya nyanyian jemaat walaupun tidak seintensitas Luther. Calvin menyarankan agar musik diajarkan di sekolah sehingga mereka dapat belajar menyanyikan mazmur di sana dan akibatnya, dapat menyanyi dengan baik dalam ibadah d hari Minggu. Karena para reformator merasa bahwa hanya lagu- lagu dengan latar belakang Kitab Sucilah yang tepat untuk ibadah, maka hanya versi metrikal dari mazmur yang dipakai di gereja beraliran reformasi dan dinyanyikan bersama. Clement Marot merupakan tokoh . penyanyi mazmur metiikal pads mase itu dan kitab nyanyian Mazmur yang paling panting ialah Kitab Nyanyian Mazmur Jenewa, yang diterbitkan pada tabun 1562.

V. Abad Ketujuh Belas

Pada masa ini di Inggris kaum Puritan menjadi musuh utama gereja Anglikan. Mereka menuduh bahwa gereja sudah tidak murni lagi berafiliasi dengan gereja Roma. Mereka berusaha untuk mengurangi jatah ibadah sesederhana mungkin, selain membentuk pemerintahan gereja yang lebih demokratis. Kaum “Puritan berkembang di bawah pemerintahan yang lemah, tetapi bila pemerintahan, kuat, pengaruh mereka semakin memudar.

Praktek-praktek golongan Puritan yang menentang tata cara ibadah terutama disebabkan oleh ajaran Bohn Calvin. Sering, para pengikutnya menjadi lebih fanatik daripada pemimpinnya sendiri: Sebagai pengikut Calvin, mereka menerima isi Alkitab sebagai dasar semua aturan, hanya menerima nyanyian mazmur metrikal dinyanyikan bersama, menolak paduan suara, dan organ gereja, dan mereka memakai taktik yang, radikal dan kejam untuk mencapai cita-cita mereka. Ini merupakan lembaran hitam dalam sejarah gereja. Pada masa itu banyak tempat ziarah kuno dihancurkan, kaca-kaca berwarna dipecahkan, ornamen dihancurkan, perpustakaan dan organ gereja juga ikut dimusnahkan.

Dengan terjadinya restorasi hukum Stuart, Charles II dan penetapan kembali liturgi gereja Anglikan, berkembanglah suatu bentuk musik; yaitu nyanyian gereja yang diambil dari Kitab Suci (anthem).

Bentuk modern dari anthem dalam bahasa Inggris banyak dipengaruhi oleh. salah satu komposer Inggris – yang terkenal, Henry Purell. Anthem dalam bentuk nya yang sekarang merupakan campuran dari motet kuno dan kantata Jerman.

VI. Abad Kedelapan Belas

Abad kedelapan belas sudah siap menerima nyanyian pujian baru dari Isaac – Watts, 16741748, yang sering disebut sebagai “Bapak Lagu Pujian” dan musik: penggerak jiwa dari keluarga Wesley.

Isaac Watts menggunakan lagu pujiannya untuk meringkaskan khotbahnya dan mengekspresikan teologi Calvinistiknya. Ia percaya sepenuhnya bahwa karena lagu pujian merupakan persembahan kepada Allah, maka setiap orang harus menyanyikannya sendiri. Jika nyanyian mazmur harus dipakai menegaskan bahwa nyanyian itu harus dikristenkan dan dipermodern. Beberapa hasil karyanya ialah: “When I Survey the Wondrous Cross”, “Jesus Shall Reign Wherever the Sun”.

Gerakan Wesleyan merupakan percikan api yang menimbulkan kebangunan rohani beser-besaran di Inggris. Mereka berjuang melawan agnostisisme dan lagu-lagu yang diperkenalkan oleh keluarga Wesley merupakan suatu faktor penting daiam kebangunan rohani tersebut. John sebagai pengkhotbah dan Charles sebagai pemusik menulis dan menerjemahkan 6500 lagu pujian, walaupun sebagian besar kini sudah tak terpakai lagi. Teologi mereka menentang penekanan pada “pilihan” dari ajaran Calvin. Mereka menggubah lagu pujian mengenai hampir seluruh tahapan dalam pengalaman kristiani dengan penuh kehangatan dan keyakinan. Abad kedelapan belas juga menghasilkan bentuk lain dari musik rohani, yaitu oratorio. Walaupun Heinrich Schuitz dan kemudian J.S. Bach telah menggubah banyak musik drama yang dikenal sebagai Passion Music, yang menggambarkan penderitaan Kristus, namun George Frederick Handel, 1686-1759, yang pertama menulis musik dramatis rohani dalam bahasa Inggris. Oratorionya yang paling terkenal, The Messiah, pertama kali dipagelarkan di Irlandia pads taun 1742. Komposer oratorio lain yang terkenal ialah: Franz Joseph Haydn yang menciptakan The Creation dan Felix Mendelssohn yang menciptakan The Elijah.

VII: Abad Kesembilan Belas

Sementara kebanyakan penulis lagu pujian pada abad ke-17 dan 18 membuat komposisi musik yang sarat dengan keyakinan doktrin mereka, para penggubah lagu pujian abad ke-19 banyak dipengaruhi oleh semangat abad Romantik yang berniat memperbaiki kualitas literatur dari lagulagu pujian. Salah satu kompo ser lagu pada malam ini ialah Reginald Heber yang menciptakan lagu “Kudus, Kudus, Kudus”.

Pada tanggal 14 Juli J833 suatu gerakan religius baru muncul di Inggris dengan sebutan Gerakan Oxford atau Trac tarian. Gerakan ini berusaha menegakkan suatu ibadah yang lebih saleh dengan khidmat dengan penggunaan musik dalam kebaktian. Gerakan ini mempertahankan teori gereja yang universal dan rasuli, seperti yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Gerakan ini memberi banyak pengaruh kepada gereja-gereja Protestan dengan dibentuknya paduan suara anak-anak, penggunaan jubah, dan praktek ritualistik rumit lainnya, seperti penggunaan lambang, arak-arakan, dan nyanyian di akhir kebaktian.

VIII. Nyanyian Rohani di Amerika Serikat

Di AS, para pendatang baru menggunakan nyanyian mazmur yang dipakai mereka di Inggris, dengan pikiran bahwa Allah akan tersinggung bila me reka menggunakan iagu pujian lain yang tidak sesuai dengan apa yang ditulis dalam Kitab Suci. Pada abad ke-18 dan awal abad ke-19, lagulagu pujian dari Watts, Wesley mulai diterima di gereja-gereja di Inggris. Sangat menarik untuk dicatat bahwa pada awal sejarah AS, antara tahun 1620-1820, hanya satu lagu yang digubah komposer AS yang masih dapat ditemukan dalam buku nyanyian dewasa ini. Lagu tersebut I Love Thy Kingdom, Lord ditulis oleh Timothy Dwight.

Mungkin Salah satu bentuk nyanyian yang berbeda yang disumbangkan dalam khazanah lagu-lagu pujian di AS ialah dengan munculnya lagu- lagu Injil (gospel songs). Orang banyak mengatakan bahwa lagu-lagu Injil berasal mula dari lagu-lagu spiritual dan Sekolah Minggu dari abad ke-19. Lagu-lagu Injil memperoleh dorongan yang nyata dalam masa paruh kedua abad ke-19 dengan usaha penginjilan yang dilakukan oleh D.L. Moody dan Iran Sankey.

IX. Suatu Pandangan ke Masa Lalu, Masa Sekarang, dan Masa Depan

Suatu studi tentang masa yang silam mengungkapkan, bahwa gereja Kristen telah mewarisi kekayaan musik sepanjang abad Baru sumber-sumber seperti: terjemahan dari lagu-lagu pujian Yunani dan Latin, lagu pujian dan nyanyian untuk paduan suara dari periode Reformasi; nyanyian mazmur metrikal yang dimasukkan Calvin, Marot, dan penyanyi mazmur pada zaman itu; lagu lagu pujian Watts, Wesley yang mengandung unsur “ketenangan manusiawi” dan komposer abad ke-17 dan 18 lain yang memiliki ajaran doktrin yang kuat, musik-musik Injil dari abad ke-19 dan ke-20, terutama sangat berguna untuk usaha penginjilan dan akhir abad ke-19 dan ke-20 dengan penekanan kuat pada tingkah laku kristiani dan tanggung jawab social terhadap Injil. Sebuah lagu pujian gerejawi yang baik seharusnya mewakili seluruh unsur-unsur komposisi yang baik. aesa sekarang dan ke masa depan menunjukkan banyak trend yang akan menguasai musik gereja injili. Semakin banyak sekolah Alkitab, akademi, dan seminari yang memberi penekanan dan penganjaran tentang musik gereja lebih daripada sebelumnya”.

Akhir-akhir ini semakin banyak pimpinan gereja yang tertarik untuk mengembangkan musik gerejawi. Ada beberapa seminar tentang musik. Semakin banyak gereja yang menyadari akan pentingnya paduan suara dan untuk itu persiapan memang harus dilakukan sejak usia dini, yaitu sejak di Sekolah Minggu, dan sesuai dengan kelompok usia. Selamanya, karena musik dan pendidikan memiliki hubungam erat, maka suatu program musik yang terpadu di gereja merupakan alat yang penting untuk mengembangkan suatu program pendidikan Kristen yang kuat. Tetapi, perlu kita akui bahwa masih, banyak yang harus dibenahi.

X. Kesimpulan

Kenneth W. Osbeck dalam bukunya The Ministry of Music menyatakan bahwa untuk mencapai program musik yang efektif dan utuh dalam gereja biasanya membutuhkan usaha dan kesabaran. Biasanya ada banyak kendala menghadang, seperti: kelalaian puas dengan diri sendiri, langkanya latar belakang pendidikan musik, tradisi, pra sangka. Mungkin juga seorang pimpinan musik di gereja tidak sampai melihat hasil nyata dari kepemimpinannya pelayanan musiknya di gereja.

Dan satu hal yang perlu diingat bahwa musik yang baik dan program musik yang hebat bukanlah tujuan utama dalam kehidupan berjemaat. Oleh karena itu program musik gereja harus dititikberatkan untuk menarik individu-individu kepada karya keselamatan yang sudah diberikan Kristus dan kemudian memimpin mereka kepada kehidupan Kristen yang lebih penuh dan dipenuhi Roh Kudus (TRA).

Sumber: Kenneth W. Obsek, The Ministry of Music, Kraaal Publiestinn. Grand Rseids. 1971.